Kepunahan massal di Bumi diduga terjadi secara
periodik, setiap 25-30 juta tahun. Profesor biologi dari New York
University, Michael Rampino, mengungkapkan bahwa kepunahan massal
tersebut berhubungan dengan materi gelap.
Materi yang tak
kasatmata itu diduga berkontribusi pada kepunahan dinosaurus dan akan
berperan dalam kepunahan-kepunahan massal yang mungkin bakal terjadi
jutaan tahun mendatang.
Dalam makalah di Monthly Notice of the Royal Astronomy Society
edisi Februari 2015, Rampino menyatakan, hal itu bisa diterangkan
dengan menghubungkan periode kepunahan massal dengan periode tata surya
bergerak melewati awan partikel di Bimasakti.
"Sejarah Bumi
diwarnai dengan peristiwa kepunahan massal, beberapa di antaranya sulit
untuk dijelaskan. Mungkin materi gelap, sesuatu yang masih belum jelas,
tetapi menyusun seperempat dari alam semesta, menyimpan jawabannya,"
ungkapnya.
"Sangat penting dalam skala yang lebih besar (kosmos),
materi gelap mungkin juga memengaruhi secara langsung kehidupan di
Bumi," imbuh Rampino seperti dikutip News.com.au, Selasa (24/2/2015).
Tata
surya berputar mengorbit pusat galaksi Bimasakti dengan periode 250
juta tahun. Dalam perputaran itu, menurut Rampino, tata surya melewati
zona awan partikel yang kaya akan materi gelap.
Rampino
mengungkapkan, ketika melewati awan partikel, materi gelap yang
terkonsentrasi akan memengaruhi gravitasi di tata surya, mengganggu
orbit benda-benda langit semacam komet dan asteroid.
Gangguan
pada orbit komet dan asteroid bisa membuat benda langit itu mengalami
ketidakstabilan dan kemudian terlempar ke tata surya bagian dalam. Jika
masuk
dan menghantam Bumi, maka mengakibatkan kepunahan massal.
Pengaruh
materi gelap tak cuma itu. Menurut Rampino, materi gelap punya sifat
saling menghilangkan dan menghasilkan panas. Hal itu bisa memicu
ketidakstabilan pada inti Bumi.
Ketidakstabilan inti Bumi bisa
memicu erupsi gunung api, gempa bumi, serta perubahan ketinggian muka
air laut. Menurut Rampino, itu pun terjadi setiap 25-30 juta tahun
sekali.
Gagasan Rampino memang kontroversial. Astrofisikawan dari
Monash University, Michael Brown, mengungkapkan, pernyataan bahwa
materi gelap memengaruhi kepunahan massal masih kurang dasar ilmiah.
"Klaim
kepunahan secara periodik hingga kini masih dianggap skeptis,
mengaitkan itu dengan periode gerak tata surya melewati galaksi adalah
kesimpulan yang sangat lemah," kata Brown.
Brown menambahkan,
"Materi gelap tidak terkonsentrasi seperti materi umumnya." Materi itu
menyebar. Sulit membayangkan adanya materi gelap yang terkumpul di satu
wilayah dan memengaruhi gravitasi di tata surya.
Jika memang
materi gelap terkonsentrasi dan bisa berefek pada gravitasi di tata
surya, maka pasti materi itu juga mampu memengaruhi gravitasi bintang.
Dengan begitu, maka pasti materi gelap sudah ditemukan.
Soal
materi gelap yang bisa memengaruhi inti Bumi seperti argumen Rampino,
Brown mengatakan, "Klaim hubungan materi gelap dengan aktivitas geologi
itu hampir merupakan omong kosong."
Materi gelap, menurut Brown,
tidak berinteraksi dengan materi lainnya. Materi itu bisa melewati
Bumi, Matahari, dan benda langit lain tanpa menimbulkan efek. Pernyataan
bahwa materi gelap bisa memengaruhi inti Bumi sangat lemah.
Sumber: http://sains.kompas.com/read/2015/02/25/13093401/Ada.Materi.Gelap.di.Semesta.yang.Diklaim.Bisa.Memicu.Kepunahan.Massal.di.Bumi?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktkwp
Info
Celebrity
01.33
Ada Materi Gelap di Semesta yang Diklaim Bisa Memicu Kepunahan Massal di Bumi
Rabu, 25 Februari 2015
11.50
Ilmuwan meyakini matahari bakal terbit dari arah barat. Benarkah?
Rabu, 10 September 2014
Kebenaran
ajaran Islam terus-menerus dibuktikan oleh penemuan demi penemuan di
bidang ilmu pengetahuan. Seperti halnya yang ditemukan dua tahun yang
lalu oleh seorang ilmuwan asal Ukraina.
1.400 tahun yang lalu, Rasulullah SAW sudah menyatakan dalam haditsnya bahwa kelak Matahari akan terbit dari barat sebagai bukti keagungan Allah SWT dan sebuah ciri-ciri bahwa Kiamat sudah semakin dekat.
Hal di atas juga diyakini oleh seorang ahli fisika bernama Demitri Bolykov. Demitri dalam penelitiannya yang dipimpin oleh Prof.Nicolai Kosinikov, salah seorang pakar dalam bidang Fisika.
Dalam penelitian tersebut, mereka dihadapkan pada sebuah sampel yang diuji di laboratorium, untuk mempelajari sebuah teori modern yang menjelaskan tentang perputaran bumi dan porosnya. Para ilmuwan berhasil menetapkan teori tersebut.
Teori yang dikemukan oleh Prof. Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menfasirkan fenomena perputaran Bumi pada porosnya.
Kelompok peneliti ini merancang sebuah sempel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang telah dilelehkan, kemudian ditempatkan pada badan bermagnet yang terbentuk dari elektroda dan saling berlawanan arus.
Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda, maka akan menimbulkan gaya magnet, dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya.
Fenomena ini dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”. Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran Bumi pada porosnya.
Pada realitasnya di alam ini, daya Matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet dan bisa mendorong Bumi untuk berputar pada porosnya.
Kemudian gerak perputaran Bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya selalu seiring dengan daya insensitas daya Matahari. Atas dasar ini pula posisi dan arah Kutub Utara bergantung.
Hal di atas membuktikan bahwa Bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut akan mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Itu artinya gerak perputaran Bumi akan mengarah pada arah berlawanan. Dan ketika itu, Matahari akan terbit dari barat.
Informasi dan ilmu pengetahuan ini telah dicari oleh Demitri ke manapun, namun ia tak berhasil mendapatkannya. Buku-buku yang dipelajarinya pun jarang berisi hal-hal yang ia cari. Kaget bukan kepalang Prof. Demitri setelah membaca sebuah hadits yang cocok dengan analisanya.
Dalam jarak beberapa jam saja, Demitri sang ahli fisika telah menyatakan syahadat pertama kalinya.
Sungguh Benar Allah dengan segala Firman-Nya, Sungguh Benar Rasulullah SAW dengan segala Sabdanya. Ia kagum pada Islam. Al-Quran dan Hadits, dimana keduanya menggabungkan ilmu agama dan juga ilmu sains.
Sumber: http://teknologi.inilah.com/read/detail/2134765/ilmuwan-meyakini-matahari-bakal-terbit-dari-barat#.VBCcl1cT5GQ
1.400 tahun yang lalu, Rasulullah SAW sudah menyatakan dalam haditsnya bahwa kelak Matahari akan terbit dari barat sebagai bukti keagungan Allah SWT dan sebuah ciri-ciri bahwa Kiamat sudah semakin dekat.
Hal di atas juga diyakini oleh seorang ahli fisika bernama Demitri Bolykov. Demitri dalam penelitiannya yang dipimpin oleh Prof.Nicolai Kosinikov, salah seorang pakar dalam bidang Fisika.
Dalam penelitian tersebut, mereka dihadapkan pada sebuah sampel yang diuji di laboratorium, untuk mempelajari sebuah teori modern yang menjelaskan tentang perputaran bumi dan porosnya. Para ilmuwan berhasil menetapkan teori tersebut.
Teori yang dikemukan oleh Prof. Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menfasirkan fenomena perputaran Bumi pada porosnya.
Kelompok peneliti ini merancang sebuah sempel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang telah dilelehkan, kemudian ditempatkan pada badan bermagnet yang terbentuk dari elektroda dan saling berlawanan arus.
Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda, maka akan menimbulkan gaya magnet, dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya.
Fenomena ini dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”. Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran Bumi pada porosnya.
Pada realitasnya di alam ini, daya Matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet dan bisa mendorong Bumi untuk berputar pada porosnya.
Kemudian gerak perputaran Bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya selalu seiring dengan daya insensitas daya Matahari. Atas dasar ini pula posisi dan arah Kutub Utara bergantung.
Hal di atas membuktikan bahwa Bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut akan mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Itu artinya gerak perputaran Bumi akan mengarah pada arah berlawanan. Dan ketika itu, Matahari akan terbit dari barat.
Informasi dan ilmu pengetahuan ini telah dicari oleh Demitri ke manapun, namun ia tak berhasil mendapatkannya. Buku-buku yang dipelajarinya pun jarang berisi hal-hal yang ia cari. Kaget bukan kepalang Prof. Demitri setelah membaca sebuah hadits yang cocok dengan analisanya.
Dalam jarak beberapa jam saja, Demitri sang ahli fisika telah menyatakan syahadat pertama kalinya.
Sungguh Benar Allah dengan segala Firman-Nya, Sungguh Benar Rasulullah SAW dengan segala Sabdanya. Ia kagum pada Islam. Al-Quran dan Hadits, dimana keduanya menggabungkan ilmu agama dan juga ilmu sains.
Sumber: http://teknologi.inilah.com/read/detail/2134765/ilmuwan-meyakini-matahari-bakal-terbit-dari-barat#.VBCcl1cT5GQ
01.38
Ini yang Terjadi Bila Bumi Berhenti Berputar
Kamis, 19 Juni 2014
Pernahkah Anda membayangkan Bumi kita berhenti berputar? Apa yang akan terjadi?
Peneliti di London, Michael Stevens mencoba menjawab pertanyaan
ini. Bila Bumi tiba-tiba berhenti berputar, maka bencana dahsyat akan
muncul meluluhlantakkan isi daratan dan lautan.
Melansir Daily Mail, Kamis 19 Juni 2014, Stevens mengklaim
jika tiba-tiba berhenti, atmosfer bumi akan tetap berputar dengan
kecepatan 1.670 kilometer per jam di daerah Khatulistiwa.
Pada kondisi itu maka benda yang ada di Bumi bisa meluncur layaknya
peluru. "Itu akan melemparkan ke timur dengan kecepatan 1000 mil per
jam, tubuh Anda akan menjadi peluru kaliber 9 inchi," jelasnya.
Jika pun dalam kondisi peluncuran itu, manusia masih bisa bertahan,
bencana lain akan segera datang. Gelombang angin berguling yang sangat
kuat, akan menghempaskan benda yang ada di daratan.
Peneliti itu mengatakan embusan angin yang mirip dengan ledakan bom
atom, akan melalui seluruh permukaan. "Kemudian ledakan akan menuju ke
langit membentuk badai di seluruh dunia, yang belum pernah kita
disaksikan," kata Stevens.
Gesekan Bumi dengan angin dahsyat itu selanjutnya akan menyebabkan kebakaran besar dan erosi yang dahsyat.
Sementara luar Bumi tengah bergelombang, medan magnet Bumi akan
lenyap dan dampaknya manusia harus siap menerima paparan mematikan dari
radiasi ion matahari.
Lautan juga akan berubah
ganas dan menciptakan tsunami besar. Selanjutnya dengan posisi berhenti
berputar, Bumi secara melambat akan berotasi dan menyebabkan sebagian
wilayah bumi akan mengalami siang hari permanen selama 365 hari.
Sebaliknya, belahan Bumi lain akan mengalami malam sepanjang tahun.
Kondisi itu mirip dengan situasi bulan saat ini, yang mana dua
minggu sisi depan bulan akan diterangi matahari dan sisi belakang
lainnya bulan akan menyala.
Namun demikian, meski begitu mengerikan, Badan Antariksa Amerika
Serikat (NASA) memperkirakan kondisi itu terjadi dalam waktu dekat
adalah sangat kecil. NASA memperkirakan kondisi itu terjadi pada
miliaran tahun lagi. (ita)
Sumber: http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/514092-ini-yang-terjadi-bila-bumi-berhenti-berputar
06.26
Ilmuwan: Alam Semesta Bisa Hancur Kapan Saja
Kamis, 19 Desember 2013
REPUBLIKA.CO.ID,DENMARK -- Para ahli fisika di Denmark mengatakan alam
semesta yang kita diami ternyata memiliki risiko lebih besar untuk
hancur dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.
Namun, mereka tidak dapat memprediksi waktu yang tepat kapan hal itu akan terjadi. Bisa terjadi besok atau miliaran tahun dari sekarang.
Dalam laporan mereka di Journal of High Energy Physics, para ahli fisika dari University of Southern Denmark mengatakan perhitungan baru membawa mereka ke spekulasi bahwa akan ada perubahan tiba-tiba dan drastis dalam daya-daya di alam semesta suatu hari nanti yang akan membuat setiap atom menjadi sangat berat.
Semuanya, mulai dari butiran tanah sampai planet-planet di tata surya dan setiap galaksi yang ada di alam semesta, akan tiba-tiba menjadi miliaran kali lebih berat dibandingkan sekarang.
Teori Ledakan Kuat (Big Bang) mengatakan alam semesta berekspansi dari kondisi yang sangat padat dan panas dan terus berekspansi sekarang.
Teori tersebut menyatakan bahwa peningkatan berat yang tiba-tiba akan memaksa semua materi dalam alam semesta terkompresi menjadi “bola kecil yang sangat berat dan panas” yang akan menyebabkan akhir alam semesta – kondisi yang disebut transisi fase.
“Banyak teori dan perhitungan yang memprediksi fase tersebut, namun ada ketidakpastian dalam perhitungan-perhitungan tersebut,” ujar Jens Frederik Colding Krog dari University of Southern Denmark, salah satu peneliti tersebut.
“Sekarang kami telah membuat kalkulasi-kalkulasi yang lebih presisi, dan kami melihat dua hal. Pertama, alam semesta kemungkinan akan hancur, dan kehancuran itu memiliki kemungkinan lebih besar dibandingkan yang diprediksi perhitungan-perhitungan sebelumnya.”
Ia mengatakan fase tersebut dapat dimulai di titik manapun di alam semesta dan kemudian menyebar ke seluruh semesta.
“Mungkin kehancuran itu sudah dimulai di suatu titik dan saat ini sedang menyebar. Atau mungkin hal ini akan dimulai jauh dari sini dalam semiliar tahun. Kami tidak tahu.”
Syarat terjadinya fase tersebut, menurut para ilmuwan, adalah bahwa alam semesta mengandung semua partikel fundamental yang diketahui, termasuk Higgs boson.
Namun jika alam semesta juga mengandung partikel-partikel yang belum ditemukan, seluruh ide untuk memprediksi perubahan tersebut hilang. “Jika itu terjadi kehancuran dapat dibatalkan,” ujar Krog.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/13/12/19/my1fjv-ilmuwan-alam-semesta-bisa-hancur-kapan-saja
Namun, mereka tidak dapat memprediksi waktu yang tepat kapan hal itu akan terjadi. Bisa terjadi besok atau miliaran tahun dari sekarang.
Dalam laporan mereka di Journal of High Energy Physics, para ahli fisika dari University of Southern Denmark mengatakan perhitungan baru membawa mereka ke spekulasi bahwa akan ada perubahan tiba-tiba dan drastis dalam daya-daya di alam semesta suatu hari nanti yang akan membuat setiap atom menjadi sangat berat.
Semuanya, mulai dari butiran tanah sampai planet-planet di tata surya dan setiap galaksi yang ada di alam semesta, akan tiba-tiba menjadi miliaran kali lebih berat dibandingkan sekarang.
Teori Ledakan Kuat (Big Bang) mengatakan alam semesta berekspansi dari kondisi yang sangat padat dan panas dan terus berekspansi sekarang.
Teori tersebut menyatakan bahwa peningkatan berat yang tiba-tiba akan memaksa semua materi dalam alam semesta terkompresi menjadi “bola kecil yang sangat berat dan panas” yang akan menyebabkan akhir alam semesta – kondisi yang disebut transisi fase.
“Banyak teori dan perhitungan yang memprediksi fase tersebut, namun ada ketidakpastian dalam perhitungan-perhitungan tersebut,” ujar Jens Frederik Colding Krog dari University of Southern Denmark, salah satu peneliti tersebut.
“Sekarang kami telah membuat kalkulasi-kalkulasi yang lebih presisi, dan kami melihat dua hal. Pertama, alam semesta kemungkinan akan hancur, dan kehancuran itu memiliki kemungkinan lebih besar dibandingkan yang diprediksi perhitungan-perhitungan sebelumnya.”
Ia mengatakan fase tersebut dapat dimulai di titik manapun di alam semesta dan kemudian menyebar ke seluruh semesta.
“Mungkin kehancuran itu sudah dimulai di suatu titik dan saat ini sedang menyebar. Atau mungkin hal ini akan dimulai jauh dari sini dalam semiliar tahun. Kami tidak tahu.”
Syarat terjadinya fase tersebut, menurut para ilmuwan, adalah bahwa alam semesta mengandung semua partikel fundamental yang diketahui, termasuk Higgs boson.
Namun jika alam semesta juga mengandung partikel-partikel yang belum ditemukan, seluruh ide untuk memprediksi perubahan tersebut hilang. “Jika itu terjadi kehancuran dapat dibatalkan,” ujar Krog.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/13/12/19/my1fjv-ilmuwan-alam-semesta-bisa-hancur-kapan-saja
20.49
Besok, bisa saja langit tiba-tiba runtuh
Senin, 16 Desember 2013
"Dunia akan runtuh lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya."
Hal tersebut diutarakan oleh para ahli dari University of Southern
Denmark.
Seperti yang dilansir oleh Guardian Liberty Voice (14/12), memang belum diketahui kapan pastinya peristiwa yang disebut oleh peneliti akan terjadi lebih cepat dari ramalan semula. Namun, jangka waktu terjadinya diperkirakan tidak akan terlalu lama ketimbang yang dipikirkan selama ini.
Dalam studinya tentang semesta, peneliti menyebutkan bahwa akan ada masa yang disebut dengan masa transisi. Dalam masa transisi ini, partikel Higgs-boson atau partikel Tuhan akan berubah nilainya dan secara sedikit demi sedikit membuat partikel lainnya di dunia jadi lebih besar massanya sekitar sejuta hingga semiliar kali.
Sebagai akibat dari bertambahnya massa dari partikel ini, maka semua benda di dunia akan tertarik dalam sebuah titik yang sama yang disebut dengan singularity. Akibat hal itu, dunia beserta bumi dan kehidupannya pun akan tertarik pada satu titik yang sama sehingga saling bertabrakan dan hilang untuk selamanya.
Mendengar adanya teori seperti ini memang sangat menakutkan. Apalagi, mengetahui bahwa teori tersebut bisa saja terjadi dalam waktu dekat ini.
Masa transisi yang merupakan awal kiamat tersebut bisa saja terjadi pada minggu depan atau dalam semiliar tahun lagi. Bisa juga masa transisi ini sudah terjadi di sebuah tempat di alam semesta yang luas ini.
Selama ini sendiri banyak ahli yang mengamini kebenaran teori tersebut namun gagal dalam membuktikan kapan kiranya kiamat tersebut akan terjadi. Namun ada dua hal yang sudah bisa ditarik kebenarannya oleh para ahli tersebut, yaitu: (1) dunia akan kiamat, dan (2) waktu terjadinya akan terjadi dalam waktu dekat.
Sumber: http://www.merdeka.com/teknologi/besok-bisa-saja-langit-tiba-tiba-runtuh.html
Seperti yang dilansir oleh Guardian Liberty Voice (14/12), memang belum diketahui kapan pastinya peristiwa yang disebut oleh peneliti akan terjadi lebih cepat dari ramalan semula. Namun, jangka waktu terjadinya diperkirakan tidak akan terlalu lama ketimbang yang dipikirkan selama ini.
Dalam studinya tentang semesta, peneliti menyebutkan bahwa akan ada masa yang disebut dengan masa transisi. Dalam masa transisi ini, partikel Higgs-boson atau partikel Tuhan akan berubah nilainya dan secara sedikit demi sedikit membuat partikel lainnya di dunia jadi lebih besar massanya sekitar sejuta hingga semiliar kali.
Sebagai akibat dari bertambahnya massa dari partikel ini, maka semua benda di dunia akan tertarik dalam sebuah titik yang sama yang disebut dengan singularity. Akibat hal itu, dunia beserta bumi dan kehidupannya pun akan tertarik pada satu titik yang sama sehingga saling bertabrakan dan hilang untuk selamanya.
Mendengar adanya teori seperti ini memang sangat menakutkan. Apalagi, mengetahui bahwa teori tersebut bisa saja terjadi dalam waktu dekat ini.
Masa transisi yang merupakan awal kiamat tersebut bisa saja terjadi pada minggu depan atau dalam semiliar tahun lagi. Bisa juga masa transisi ini sudah terjadi di sebuah tempat di alam semesta yang luas ini.
Selama ini sendiri banyak ahli yang mengamini kebenaran teori tersebut namun gagal dalam membuktikan kapan kiranya kiamat tersebut akan terjadi. Namun ada dua hal yang sudah bisa ditarik kebenarannya oleh para ahli tersebut, yaitu: (1) dunia akan kiamat, dan (2) waktu terjadinya akan terjadi dalam waktu dekat.
Sumber: http://www.merdeka.com/teknologi/besok-bisa-saja-langit-tiba-tiba-runtuh.html
20.47
Tahun 2200, bumi diprediksi bakal 'tenggelam'
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok orang baru-baru ini
menyisakan hasil yang cukup mengejutkan. Penelitian tersebut mengatakan
bahwa permukaan air laut akan bertambah tinggi sekitar 60cm dalam 70
tahun ke depan dan pada tahun 2200 akan naik sekitar hampir 2,5 meter,
seperti yang dilansir Daily Mail (16/12).
Para ilmuwan kini menyatakan bahwa air laut tidak akan berhenti untuk terus naik antara 25-30 kaki, itu artinya permukaan air akan bertambah sekitar 9 meter.
Bayangkan, apa yang terjadi jika bumi 'dikepung' oleh permukaan air setinggi 9 meter?
Terlebih lagi, ada kecenderungan penurunan posisi tanah di bumi seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk. Dengan demikian, potensi banjir besar kemungkinan akan meningkat beberapa kali lipat dari sekarang hingga tahun 2200.
Menurut para peneliti, hal tersebut diprediksi akibat meningkatnya suhu, bahkan 10 kali lipat lebih cepat dari prediksi karena semakin menipisnya atmosfer dan pemanasan global atau global warming. Dikhawatirkan, tidak akan ada lagi daerah kutub di bumi ini. Mungkinkah akan terjadi kembali hancurnya es yang akan menenggelamkan sebagian tanah di planet ini seperti dahulu?
Bahkan seorang ilmuwan iklim bernama Eelco Rohling dari Australian national University, Canberra, mengatakan bisa saja hal buruk akan terulang.
"Ini seperti membangunkan 'raksasa' yang sedang tertidur," ujarnya saat dilansir NBC News (15/12).
Sumber: http://www.merdeka.com/teknologi/tahun-2200-bumi-diprediksi-bakal-tenggelam.html
Para ilmuwan kini menyatakan bahwa air laut tidak akan berhenti untuk terus naik antara 25-30 kaki, itu artinya permukaan air akan bertambah sekitar 9 meter.
Bayangkan, apa yang terjadi jika bumi 'dikepung' oleh permukaan air setinggi 9 meter?
Terlebih lagi, ada kecenderungan penurunan posisi tanah di bumi seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk. Dengan demikian, potensi banjir besar kemungkinan akan meningkat beberapa kali lipat dari sekarang hingga tahun 2200.
Menurut para peneliti, hal tersebut diprediksi akibat meningkatnya suhu, bahkan 10 kali lipat lebih cepat dari prediksi karena semakin menipisnya atmosfer dan pemanasan global atau global warming. Dikhawatirkan, tidak akan ada lagi daerah kutub di bumi ini. Mungkinkah akan terjadi kembali hancurnya es yang akan menenggelamkan sebagian tanah di planet ini seperti dahulu?
Bahkan seorang ilmuwan iklim bernama Eelco Rohling dari Australian national University, Canberra, mengatakan bisa saja hal buruk akan terulang.
"Ini seperti membangunkan 'raksasa' yang sedang tertidur," ujarnya saat dilansir NBC News (15/12).
Sumber: http://www.merdeka.com/teknologi/tahun-2200-bumi-diprediksi-bakal-tenggelam.html
20.45
Peradaban dunia akan lenyap bila pecah perang India-Pakistan
Seperti halnya Korea Utara dan Korea Selatan atau Amerika Serikat dengan
Rusia, perselisihan antara India dan Pakistan ternyata patut diwaspadai
karena apabila sampai pecah perang, maka dikhawatirkan peradaban di
bumi akan lenyap.
Menurut sebuah penelitian dari kelompok anti-nuklir memprediksikan bahwa apabila terjadi perang antara India dan Pakistan maka dapat dikatakan juga sebagai akhir dari peradaban di bumi.
Hal ini disebabkan oleh kekuatan kedua negara yang sama-sama memiliki senjata berhulu ledak nuklir yang siap diluncurkan kapan saja. Akan ada sekitar 2 miliar orang di bumi akan mati apabila perang kedua negara tersebut pecah.
Dikutip dari IB Times (10/12), The International Physicians for the Prevention of Nuclear War and Physicians for Social Responsibility (PSR) memastikan bahwa yang akan terkena imbas pertama adalah rakyat di China karena jaraknya yang dekat dengan dua negara tersebut.
Selain menggunakan senjata berhulu ledak nuklir berjumlah banyak dengan tingkat radiasi tinggi, senjata pemusnah massal lainnya juga diperkirakan akan digunakan.
Ketika senjata-senjata diluncurkan, maka secara otomatis akan ada partikel karbon aerosol yang akan beterbangan ke udara dan tertiup angin sampai ke negara-negara lain. Dari situlah bencana berawal.
Tidak hanya itu saja, menurut catatan CNN, setidaknya ada sekitar 17 ribu senjata berhulu ledak nuklir yang ada di dunia ini. Mayoritas dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia, sedangkan India dan Pakistan diperkirakan memiliki sekitar 100 buah saja.
Walaupun hanya 100, apabila semuanya diluncurkan, maka jangkauan ledak, radiasi serta efek dari nuklir tersebut akan menerpa dan menyapu banyak manusia. Diperkirakan apabila pecah perang maka lebih dari 20 juta orang akan meninggal dalam jangka waktu seminggu saja.
Dan, apabila pecah perang, secara otomatis akan memantik reaksi dari negara-negara lain yang terkena imbas, bahkan diperkirakan akan lahir perang dunia ketiga.
Oleh karenanya, kekhawatiran para peneliti cukup beralasan dan pertikaian antara dua kubu tersebut wajib diwaspadai.
Sumber: http://www.merdeka.com/teknologi/peradaban-dunia-akan-lenyap-bila-pecah-perang-india-pakistan.html
Menurut sebuah penelitian dari kelompok anti-nuklir memprediksikan bahwa apabila terjadi perang antara India dan Pakistan maka dapat dikatakan juga sebagai akhir dari peradaban di bumi.
Hal ini disebabkan oleh kekuatan kedua negara yang sama-sama memiliki senjata berhulu ledak nuklir yang siap diluncurkan kapan saja. Akan ada sekitar 2 miliar orang di bumi akan mati apabila perang kedua negara tersebut pecah.
Dikutip dari IB Times (10/12), The International Physicians for the Prevention of Nuclear War and Physicians for Social Responsibility (PSR) memastikan bahwa yang akan terkena imbas pertama adalah rakyat di China karena jaraknya yang dekat dengan dua negara tersebut.
Selain menggunakan senjata berhulu ledak nuklir berjumlah banyak dengan tingkat radiasi tinggi, senjata pemusnah massal lainnya juga diperkirakan akan digunakan.
Ketika senjata-senjata diluncurkan, maka secara otomatis akan ada partikel karbon aerosol yang akan beterbangan ke udara dan tertiup angin sampai ke negara-negara lain. Dari situlah bencana berawal.
Tidak hanya itu saja, menurut catatan CNN, setidaknya ada sekitar 17 ribu senjata berhulu ledak nuklir yang ada di dunia ini. Mayoritas dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia, sedangkan India dan Pakistan diperkirakan memiliki sekitar 100 buah saja.
Walaupun hanya 100, apabila semuanya diluncurkan, maka jangkauan ledak, radiasi serta efek dari nuklir tersebut akan menerpa dan menyapu banyak manusia. Diperkirakan apabila pecah perang maka lebih dari 20 juta orang akan meninggal dalam jangka waktu seminggu saja.
Dan, apabila pecah perang, secara otomatis akan memantik reaksi dari negara-negara lain yang terkena imbas, bahkan diperkirakan akan lahir perang dunia ketiga.
Oleh karenanya, kekhawatiran para peneliti cukup beralasan dan pertikaian antara dua kubu tersebut wajib diwaspadai.
Sumber: http://www.merdeka.com/teknologi/peradaban-dunia-akan-lenyap-bila-pecah-perang-india-pakistan.html
Langganan:
Postingan (Atom)