Kepunahan massal di Bumi diduga terjadi secara
periodik, setiap 25-30 juta tahun. Profesor biologi dari New York
University, Michael Rampino, mengungkapkan bahwa kepunahan massal
tersebut berhubungan dengan materi gelap.
Materi yang tak
kasatmata itu diduga berkontribusi pada kepunahan dinosaurus dan akan
berperan dalam kepunahan-kepunahan massal yang mungkin bakal terjadi
jutaan tahun mendatang.
Dalam makalah di Monthly Notice of the Royal Astronomy Society
edisi Februari 2015, Rampino menyatakan, hal itu bisa diterangkan
dengan menghubungkan periode kepunahan massal dengan periode tata surya
bergerak melewati awan partikel di Bimasakti.
"Sejarah Bumi
diwarnai dengan peristiwa kepunahan massal, beberapa di antaranya sulit
untuk dijelaskan. Mungkin materi gelap, sesuatu yang masih belum jelas,
tetapi menyusun seperempat dari alam semesta, menyimpan jawabannya,"
ungkapnya.
"Sangat penting dalam skala yang lebih besar (kosmos),
materi gelap mungkin juga memengaruhi secara langsung kehidupan di
Bumi," imbuh Rampino seperti dikutip News.com.au, Selasa (24/2/2015).
Tata
surya berputar mengorbit pusat galaksi Bimasakti dengan periode 250
juta tahun. Dalam perputaran itu, menurut Rampino, tata surya melewati
zona awan partikel yang kaya akan materi gelap.
Rampino
mengungkapkan, ketika melewati awan partikel, materi gelap yang
terkonsentrasi akan memengaruhi gravitasi di tata surya, mengganggu
orbit benda-benda langit semacam komet dan asteroid.
Gangguan
pada orbit komet dan asteroid bisa membuat benda langit itu mengalami
ketidakstabilan dan kemudian terlempar ke tata surya bagian dalam. Jika
masuk
dan menghantam Bumi, maka mengakibatkan kepunahan massal.
Pengaruh
materi gelap tak cuma itu. Menurut Rampino, materi gelap punya sifat
saling menghilangkan dan menghasilkan panas. Hal itu bisa memicu
ketidakstabilan pada inti Bumi.
Ketidakstabilan inti Bumi bisa
memicu erupsi gunung api, gempa bumi, serta perubahan ketinggian muka
air laut. Menurut Rampino, itu pun terjadi setiap 25-30 juta tahun
sekali.
Gagasan Rampino memang kontroversial. Astrofisikawan dari
Monash University, Michael Brown, mengungkapkan, pernyataan bahwa
materi gelap memengaruhi kepunahan massal masih kurang dasar ilmiah.
"Klaim
kepunahan secara periodik hingga kini masih dianggap skeptis,
mengaitkan itu dengan periode gerak tata surya melewati galaksi adalah
kesimpulan yang sangat lemah," kata Brown.
Brown menambahkan,
"Materi gelap tidak terkonsentrasi seperti materi umumnya." Materi itu
menyebar. Sulit membayangkan adanya materi gelap yang terkumpul di satu
wilayah dan memengaruhi gravitasi di tata surya.
Jika memang
materi gelap terkonsentrasi dan bisa berefek pada gravitasi di tata
surya, maka pasti materi itu juga mampu memengaruhi gravitasi bintang.
Dengan begitu, maka pasti materi gelap sudah ditemukan.
Soal
materi gelap yang bisa memengaruhi inti Bumi seperti argumen Rampino,
Brown mengatakan, "Klaim hubungan materi gelap dengan aktivitas geologi
itu hampir merupakan omong kosong."
Materi gelap, menurut Brown,
tidak berinteraksi dengan materi lainnya. Materi itu bisa melewati
Bumi, Matahari, dan benda langit lain tanpa menimbulkan efek. Pernyataan
bahwa materi gelap bisa memengaruhi inti Bumi sangat lemah.
Sumber: http://sains.kompas.com/read/2015/02/25/13093401/Ada.Materi.Gelap.di.Semesta.yang.Diklaim.Bisa.Memicu.Kepunahan.Massal.di.Bumi?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktkwp
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar